BERASURANSI DALAM USIA MUDA, MENGAPA TIDAK?:SEBUAH ESAI KILAS BALIK
“Ikut asuransi?”. “Ah, tunggu tua saja!”. Atau mungkin, “Memang kamu akan meninggal dunia?”. Demikian pandapat sebagian besar remaja dan pemuda di tanah air kita. Walaupun tidak mewakili aspirasi seluruhnya, toh kenyataannya memang demikian. Asuransi masih dianggap program orang telah berusia senja, sudah beristri-bersuami, dan tentunya berkeluarga.
Sebagai bahan pertimbangan sobat muda dapat membaca apa dan bagaimana manfaat berasuransi di kalangan selebritis kita berikut ini.
Indah Kirana berkata,” Asuransi bagi saya merupakan perlindungan masa depan. Spending sekarang, benefit dirasakan nanti. Asuransi kan bersifat jangka panjang “. Imbuhnya,” Untuk Bumiputera, saya sarankan supaya masuk ke kaula muda. Pemasaran asuransi di cafi-cafi misalnya. Menurut saya, semakin muda semakin baik memulai asuransi. Sejak kuliah mungkin? Tidak seperti biasanya, asuransi identik dengan bapak-bapak dan ibu-ibu atau yang sudah berkeluarga saja” (http://www.bumiputera.com/content_berita.php?jenis_berita=30&ids=158).
Sebanding dengan Indah, Ivan Gunawan malah disebut sebagai maniak asuransi. Yap, hal ini bukanlah suatu hal yang aneh. Sebab, berbagai macam asuransi telah dimiliki nya, mulai dari asuransi pensiun, kesehatan, rumah, mobil, jiwa dan sebagainya. “Pokoknya segala macam asuransi saya miliki. Karena musibah tidak bisa diprediksi, jadi apa salahnya kalau kita bersiap-siap menghadapi musibah dengan asuransi." ujar keponakan perancang biasna Adji Notonegoro itu. Dengan asuransi, ia merasa hidupnya lebih tenang dalam dalam menghadapi masa depan (http://www.bumiputera.com/content_berita.php?ids=94&jenis_berita=30).
Menurut Wulan Guritno, dia ingin mengatakan bahwa semua orang perlu asuransi. "Kecuali beberapa orang terkaya Indonesia yang memiliki uang tidak habis-habisnya, mereka mungkin tidak perlu asuransi. Tapi, bagi mereka yang kayanya masih standard, tetap perlu asuransi." Pasalnya? Sekali lagi Wulan mengatakan karena manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok entah tiba-tiba kecelakaan, tiba-tiba cacat, atau tiba-tiba meninggal
(http://www.bumiputera.com/content_berita.php?ids=77&jenis_berita=30).
Arahan terakhir dari Wulan Guritno ini pantas menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan pilihan asuransi apa yang tepat untuk diikuti.
Kawula muda seharusnya mengetahui lebih dulu asuransi mana yang tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Masalahnya, saat ini banyak sekali jenis dan macam asuransi yang tersebar di penjuru tanah air. Dari yang berlabel konvensional (perhitungan matematika dan statistika) dan syari’ah (berdasarkan perhitungan yang islami). Nah, kawula muda dapat memilih label apa yang tepat baginya.
Ada beberapa hal yang sebaiknya kawula muda ketahui sebelum menjadi anggota asuransi. Barangkali pandangan dan pendapat selebritis berikut ini dapat membantu pilihan kawula muda.
Wulan Guritno menyatakan bahwa seharusnya agen asuransi harus terlatih menjelaskan pasal-pasal perjanjian asuransi menyangkut hak dan kewajiban pemegang polis. Menurutnya penjelasan yang benar, selain mencegah perselisihan di kemudian hari, juga menghindari pemahama yang keliru di benak pemegang polis. Kenapa? "Asuransi adalah hope orang, jangan sampai pemegang polis yang tadinya mengharapkan dapat klaim Rp.1 Miliar, realisasinya hanya Rp.500 juta. Itu sangat mengecewakan,“kata Wulan. Kalau sudah begitu, pihak asuransi kata Wulan bisa-bisanya mengatakan si pemegang polis tidak paham perjanjian asuransi. "Oh, anda tidak paham, maksud pasal ini, begini, begitu, dst." Urai wanita yang sampai saat ini belum pernah mengalami kendala yang berhubungan dengan asuransinya.
Apa yang dikatakan oleh Wulan ini memanglah hal yang mutlak untuk dicermati. Betapa tidak, investasi yang dibayarkan oleh kawula muda dalam wujud biaya premi per bulan sebanyak nominal uang pertanggungan. Nominal ini ditulis pada polis. Polis adalah surat Perjanjian yang memuat perjanjian asuransi jiwa antara pemegang polis dengan badan (pihak asuransi). Misalnya, Si Boy mengambil layanan asuransi pendidikan untuk kelanjutan studinya S2 di ITB. Saat ini usianya masih 14 tahun. Masih duduk di kelas VIII. Boy menargetkan ketika dia melanjutkan studinya di ITB nanti membutuhkan waktu sekitar kurang lebih10 tahun lagi. Selama kurun waktu tersebut tentunya takdir yang akan terjadi siapa tahu. Bisa jadi sebelum kontrak asuransi itu selesai, Boy mengajukan klaimnya (tuntutan pengakuan atas suatu fakta bahwa seseorang berhak (memiliki atau mempunyai) karena sesuatu hal. Konsekuensinya, nominal polis yang ia investasikan tak sebesar seperti dalam kurun 10 tahun. Kecuali, Boy meninggal dunia, maka klaim dapat diajukan oleh pihak ketiga (ahli waris) dengan nominal polis penuh, walaupun Boy baru membayar premi 12 kali, misalnya.
Berdasarkan tinjauan inilah kawula muda sebenarnya telah mengetahui asuransi mana yang bisa mengerti kebutuhan kawula muda, sebagaimana yang terjadi pada Boy. Suatu asuransi yang berakar dari masayarakat pribumi, tanah air kita tercinta. Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 adalah layak menjadi pilihan utama dan akhir!.
No comments:
Post a Comment